Kode Registrasi Smadav Pro Gratis

Buat teman2 yang masih menggunakan Smadav versi free, nih tak kasih tahu kode registrasinya untuk upgrade jadi versi pro. Saya baru di kasih tahu oleh teman saya.Ga tau dia dapat dari mana.Semoga bermanfaat.

Nama :Winestakes.com
Key : 081230537430





»»  Artikel Selengkapnya...

Koleksi Video





»»  Artikel Selengkapnya...

Biografi/Riwayat Nabi Muhammad SAW

Rosulullah SAW dilahirkan dikota Mekkah pada hari senin tanggal 12 Rabiul awwal Tahun Gajah (Ammul Fiil) bertepatan pada tanggal 21 April 571 M.

Nasab Nabi Muhammad SAW :

Nasab dari ayah : Nabi Muhammad SAW bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muthallib bin Hasyim bin ‘Abdimanaf bin Qusyoy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihrin bin Malik bin Nadlr bin Kinaanah bin Khuzaymah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnaan.

Nasab dari ibu : Nabi Muhammad SAW bin Aminah binti Wahab bin ‘Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab.

Bentuk Tubuh dan sebagian keadaan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling baik, tampan, mukanya putih, baik mulutnya, cukup besar kepalanya, licin pelipisnya, lebar dahinya, tebal alisnya,hitam kedua matanya, hidungnya mancung, pipinya cukup panjang , jenggotnya tebal, jari tangan dan kakinya besar dan tegap, belikat dan hastanya besar, luas pundak dan dadanya, bentuk badannya sedang yakni tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, rambutnya sedang yakni tidak terlalu keriting, suaranya merdu yang kemerduannya itu tiada seorangpun yang menyamainya, jika tertawa tersenyum manis, jika berjalan tegap, seakan-akan turun dari atas (hal ini menunjukkan ketegapan dan keperkasaannya). Jika Beliau menoleh, maka dengan seluruh badannya (tidak hanya kepalanya saja), Beliau selalu berbau harum sekalipun tidak berminyak wangi, Dan beliaupun tidak pernah menguap, juga tidak pernah keseleg, sendawa (atob), karena kenyang dan lain-lain.

Akhlakul Karimah (budi pekerti) Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling sempurna bentuk tubuhnya, teramat tinggi budi pekertinya. Pikiran Beliau amat cerdas dan luas, Beliau sangat mencintai fakir miskin, kasih sayang kepada sesama manusia, Beliau tidak pernah marah kecuali jika perintah Allah dilanggar (tidak pernah marah karena dorongan hawa nafsu). Beliau selalu memberi ampun kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Beliau tidak pernah mencaci dan mencela serta melaknat orang lain. Beliau sangat takut kepada Allah SWT. Beliau berani lagi kuat, dermawan dan mulia, fasih lidahnya, bersih dan suci bicaranya, kepandaian beliau dalam soal bahasa dikagumi orang-orang. Beliau tidak mau disanjung, dipuji dan dipuja karena beliau adalah sangat Tawaddlu (rendah hati).

Mu’jizat Rasulullah SAW :

Diantara Mu’jizat Beliau adalah : Memecah bulan ketika orang-orang Quraisy meminta kepada Beliau, dapat mengeluarkan air dari jari tangan beliau, ketika beliau meletakkan tangan beliau pada sebuah tempat yang berisi air sedikit. Beliaupun dapat memperbanyak makanan yang sedikit dan dapat menyembuhkan orang-orang sakit.

Adapun Mu’jizat terbesar Rasulullah SAW adalah Kitab Suci Al-Qur’anul Karim.

Istri-istri Rasulullah SAW :

Khadijah binti Khuwalid dan Zainab binti Khuzaimah, keduanya meninggal dunia ketika Nabi SAW masih hidup.

Dan ketika beliau wafat, beliau meninggalkan sembilan orang istri, yaitu : 1.‘Aisyah binti Abu Bakar Asshiddik, 2. Hafshah binti Umar, 3.Ummu Habibah binti Abu Sufyan, 4. Juwariyah binti Harits., 5. Shafiyah binti Huyay, 6. Saudah binti Zam’ah, 7. Zainab binti Jahsy, 8. Maimunah binti Harits, 9. Ummu Salamah (Hindun) binti Abu Umayyah

Putra – Putri Rasulullah SAW :

1. Putra Rasulullah SAW ada tiga orang, semuanya meninggal dunia sebelum Nabi SAW Wafat, yaitu :

1. Qasim, ia lahir sebelum beliau menjadi Nabi dan Rasul ia hidup hanya dua tahun.

2. Ibrahim, dilahirkan tahun kedelapan Hijriah.

3. Abdullah, ia lahir sebelum beliau menjadi Nabi dan Rasul dan meninggal ketika masih kecil.

2. Putri Rasulallah SAW, ada empat orang, yaitu:

1. Zainab, ia meninggal dunia sebelum Nabi SAW wafat.

2. Ruqoyyah, ia juga meninggal dunia sebelum Nabi SAW wafat.

3. Ummi Kulsum, dan ia juga meninggal dunia sebelum Nabi SAW wafat.

4. Fatimah, ia mendapat gelar al-Batul karena ia seorang putri yang termulia budi pekertinya dan sangat teguh beragama.

Paman dan Bibi Nabi SAW

1. Paman Nabi ada sepuluh orang yaitu :

1. Abu Thalib, 2. Zubair, 3. Hamzah, 4. Muqawwam, 5. Abdul Fadlal Abbas, 6. Dhirar, 7. Harits, 8. Qutsam, 9. Abu Lahab, 10. Ghaidaq.

Paman Nabi SAW yang masuk Islam adalah Sayyidina Abbas dan Sayyidina Hamzah.

2. Bibi Nabi ada enam orang, yaitu:

1. Shafiyyah, 2. ’Atikah, 3. Baidla, 4. Barrah, 5. Umaimah, 6. Arwa.

Bibi Nabi SAW yang masuk Islam adalah Shafiyyah, dan ada yang mengatakan ‘Atikah dan Arwa juga sudah masuk Islam.

Rasulallah SAW Wafat di Kota Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 11 Hijriyyah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 633 M. dalam usia 63 Tahun (53 Tahun di Makkah dan 10 Tahun di Madinah).

Sahabat Rasulullah SAW (Khulafaurrasidin):

1. Sayyidina Abu Bakar Assiddiq RA,

masa menjadi khalifah yaitu dua tahun setengah, dengan pusat pemerintahan di Madinah, umurnya 63 tahun, wafat pada malam Selasa antara Maghrib dan Isya, tanggal 23 Jumadil Akhir 13 H. dimakamkan di Madinah bersama Rasulullah SAW.

2. Sayyidina ‘Umar bin Khattab RA,

masa menjadi khalifah yaitu sepuluh tahun lima hari, dengan pusat pemerintahan di Madinah, umurnya 63 Tahun, wafat pada tanggal 27 Zulhijjah 23 H. dimakamkan di Madinah bersama Rasulullah SAW.

3. Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan,

masa menjadi khalifah yaitu dua belas tahun kurang dua belas hari, dengan pusat pemerintahan di Madinah, umurnya 88 tahun, wafat pada hari Rabu ba’da ‘Asyar 18 Dzulhijjah 35 H. dimakamkan di Baqi’.

4. Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib RA,

masa menjadi khalifah lima tahun, dengan pusat pemerintahan di Kufah, umurnya 65 tahun, wafat pada malam Jum’at 17 Ramadhan (tidak ada keterangan tahun) dimakamkan di serambi Masjid Kufah dekat pintu Kandah.

Sumber : http://anwaarulistiqoomah.blogspot.com/
»»  Artikel Selengkapnya...

Dalil tentang Pembacaan & Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Pencinta bacaan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah tumbuh subur sejak dulu, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia, seperti di Yaman, Hijaz, Irak, Iran, Palestina, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, Libya, Sudan, Uzbekistan, Kazakhtan, Tajikistan, India, Pakistan, Malaysia, Brunai Darusssalam, Singapura dan kawasan rumpun melayu lainnya.

Perayaan hari kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW, baru terjadi pada permulaan abad keenam Hijriyyah. Para sejarawan sepakat bahwa yang pertama kali mengadakan adalah Raja Irbil di Irak, yang dikenal ‘alim, bertaqwa dan pemberani , yaitu : Raja Al-Mudzaffar Abu Sa’id Kukuburi bin Zainuddion Ali Buktikin ( w. 630 H / 1232 M).

Para Ulama dari kalangan shufi, fuqaha dan ahli hadits menilai perayaan maulid ini termasuk Bid’ah hasanah (Bid’ah yang baik), yang dapat memberikan pahala bagi yang melakukannya.

Arti Bid’ah menurut Bahasa yaitu : menciptakan dan membuat sesuatu tanpa contoh yang terdahulu.
Syeikh Izzuddin bin Abdussalam seorang ulama besar dalam Madzhab Syafi’i (w. 660 H) di dalam kitabnya Qowa’idul Ahkam, menerangkan : “Bid’ah itu adalah suatu pekerjaan keagamaan yang tidak dikenal pada zaman Rasulullah SAW”.

Menurut riwayat Abu Nu’aim, Imam Syafi’i berkata :
Bid’ah itu ada dua macam :

1. Bid’ah Hasanah (Bid’ah terpuji ) yaitu yang sesuai dengan Kitabullah, sunnah Nabi Saw, Atsar sahabat-sahabat dan Ijma’
2. Bid’ah Dlalalah (Bid’ah tercela) yaitu yang tidak sesuai atau menentang Kitabullah, sunnah Nabi Saw, atsar sahabat.

Nabi SAW bersabda :

1. Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan kami ini (urusan agama) sesuatu yang tidak ada dalam agama, maka perbuatan itu ditolak (tidak diterima) atau bathal. (HR. Muslim).

2. Barang siapa yang mengadakan dalam Islam sunnah hasanah (sunnah yang baik) maka diamalkan orang kemudian sunnahnya itu, diberikan kepadanya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan kemudian dengan tidak mengurangi sedikit jua dari pahala orang yang mengerjakan kemudian itu.
Dan barang siapa yang mengadakan dalam Islam sunnah Sayyi’ah (sunnah buruk) maka diamalkan orang kemudian sunnah buruknya itu, diberikan padanya dosa seperti dosa orang yang mengerjakan kemudian dengan tidak dikurangi sedikitpun juga dari dosa orang yang mengerjakan kemudian itu. (HR. Muslim).

Dengan demikian tidaklah gampang mengatakan atau mencap sesuatu dengan bid’ah, tetapi semua pekerjaan keagamaan yang baru harus diteliti terlebih dahulu apakah menentang atau sesuai dengan Al-Qur’an, Hadits.Atsar dan Ijma’ .

Contoh atau misal dari Bid’ah hasanah (Bid’ah terpuji), yang tidak ada pada masa Rasulullah SAW:

1. Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an kedalam satu Musshaf.
2. Memberikan Nuqthah (Titik) dan Syakl (baris) pada Ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Menterjemahkan Al-Qur’an.
4. Membukukan hadits-hadits Nabi dan menterjemahkannya.
5. Membukukan fiqih dan Tafsir Qur’an.
6. Membukukan ilmu-ilmu ushuluddin dan Tasawwuf.
7. Membangun Madrasah, Perguruan Tinggi, dan sekolah-sekolah umum.
8. Pergi Haji kemekah dengan Mobil, Kapal Laut, Pesawat Udara.
9. Merayakan Isra wal Mi’raj.
10. Merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Kesemua pekerjaan tersebut dinamai Bid’ah karena hal tersebut tidak ada pada masa Rasulullah SAW, tetapi Bid’ahnya adalah “Bid’ah Hasanah (Bid’ah terpuji)”.

Diantara ulama yang menilai perayaan maulid sebagai bid’ah hasanah (Bid’ah terpuji) adalah :

1. Al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hambali.
2. Al-Hafizh Ibnu Dihyah.
3. Al-Hafizh Abu Syamah (guru Al-Imam Nawawi).
4. Al-Hafizh Ibnu Katsir.
5. Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali.
6. Al-Hafizh Ibnu Hajar.
7. Al-Hafizh al-Sakhawi.
8. Al-Hafizh al-Syuyuthi. Dan lain-lain.



Keutamaan Membaca dan Memperingati Maulid Nabi SAW.

As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawiy Al-Maliki Al-Hasaniy menegaskan , diantaranya :

1. Dalam pembacaan dan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, pasti dikumandangkan ucapan-ucapan Shalawat dan Salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad Saw. Bershalawat dan Salam kepada Nabi Saw adalah perintah Allah SWT, dalam Al-Qur’an . Allah SWT berfirman :

“Sesunguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu atas Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS.Al Ahzab, ayat :56).
Betapa banyak pahala dan kebajikan yang didapat oleh orang yang banyak mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW, sehingga Rasulullah SAW menjanjikan sepuluh kali lipat balasan do’a Beliau, bagi orang yang bershalawat kepada Beliau.
2. Pembacaan dan peringatan Maulid Nabi SAW, adalah pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan hal tersebut merupakan tuntunan Al-Qur’an. Allah SWT Berfirman :
“Katakanlah :Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah (dengan itu) mereka bergembira”. (Q.S. Yunus : 58).
Allah SWT memerintahkan kita bergembira atas rahmat-Nya, dan Nabi Muhammad SAW jelas merupakan rahmat Allah terbesar bagi kita ummat Islam dan Alam semesta.
“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya : 107).

3. Membaca dan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah menjelaskan sejarah kehidupan Beliau, mu’jizat-mu’jizat Beliau, menjelaskan sifat-sifat Beliau, memaparkan kesempurnaan, kemuliaan akhlak dan pribadi beliau, untuk dicontoh dan ditauladani dalam hidup dan kehidupan. Allah SWT berfirman :
. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahdzab : 21 ).
- Al-Imam Junaid Al-Baghdadi berkata :
Barangsiapa yang menghadiri maulid seraya mengagungkan kedudukannya Nabi Muhamad SAW, maka ia telah beruntung dengan keimanan.
- Al-Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam kitab Wasaail syarah al-Syama’il, berkata :
Tidak ada dari pada suatu rumah, masjid atau suatu tempat yang dibacakan pada tempat itu maulid Nabi SAW, melainkan mengelilingi para malaikat pada ahli (penduduk) tempat itu. Dan Allah meratakan mereka dengan rahmat, dan mereka dikelilingi dengan cahaya malaikat yakni : Jibril, Mikail, Israfil, Qurbail, ‘Ainail, Shafun dan Karubiyun. Maka bahwasanya para malaikat itu membacakan shalawat (mendo’akan) atas orang yang adalah ia menjadi sebab bagi terlaksananya pembacaan maulid Nabi SAW.
- Al—Imam al-Sarri al-Saqathi, berkata :
Barang siapa yang bertujuan ke satu tempat yang dibacakan di dalamnya Maulid Nabi SAW, maka ia telah bertujuan ke satu taman dari pada taman surga, karena bahwasanya tidaklah bertujuan ke taman surga melainkan karena kecintaannya kepada Rasulallah SAW. Dan telah bersabda Nabi SAW :”Barang yang mencintaiku adalah ia bersamaku berada di dalam surga”.
Pandangan berbeda tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sejak dulu hingga sekarang ada perbedaan pendapat tentang hukum perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Adapun yang berpendapat bahwa mengadakan perayaan Maulid Nabi SAW itu termasuk perbuatan yang mengada-ada atau dengan sebutan Bid’ah adalah tokoh-tokoh kontroversial (syadz) yang bermuara dalam madzhab Wahhabi yaitu :
1. Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz. (w.1421 H).
2. Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
3. Al-Albani
Wallohu a'lam bis showab

Sumber : http://anwaarulistiqoomah.blogspot.com/
»»  Artikel Selengkapnya...

Merayakan Tahun Baru??

Penghujung tahun dan hari pertama tahun baru Masehi merupakan momen yang sangat berharga bagi sebagian orang. Mereka pun menyiapkan segala sesuatu, dengan berbagai macam pesta untuk menyambut tahun baru.

Di negeri kita, saat malam pergantian tahun baru Masehi, para muda-mudi biasanya menggelar berbagai pesta. Di antara mereka ada yang bergadang larut malam untuk menunggu jam 00.00 tiba. Apabila waktunya telah tiba, mereka bergembira dan dengan serentak meniup terompet dan berpesta kembang api. Pawai sepeda motor pun dimulai dengan menarik gas sepenuhnya disertai yel-yel yang memekakkan telinga. Pada hari pertama tahun Masehi, mereka menghadiri panggung-panggung hiburan konser musik yang digelar di berbagai tempat di alun-alun, THR (tempat hiburan rakyat), maupun di tempat-tempat rekreasi lainnya.


Campur baur antara muda-mudi, bergandengan tangan dengan lawan jenis (yang memang telah direncanakan sebelumnya oleh pasangan muda-mudi tersebut), gelak tawa dan canda, isapan rokok yang bagaikan asap dari cerobong pabrik, serta berbagai minuman menjadi teman akrab yang senantiasa menyertai mereka.

Televisi, radio, dan para pemilik pusat perbelanjaan tidak mau absen dari ikut serta memeriahkan tahun baru. Berbagai promosi dan diskon besar-besaran diadakan dalam rangka menyambut Natal dan tahun baru Masehi. Begitu meriah acara yang digelar oleh mereka untuk menyambut kedatangan tahun baru masehi tersebut, sehingga membuat kebanyakan orang terbuai, tidak sadar ikut hanyut terbawa arus. Mereka tidak melihat berbagai macam dilema keagamaan, sosial, dan masyarakat yang timbul karenanya. Mereka tidak tahu bahwa perayaan tahun baru tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua itu hanyalah sebuah pemborosan, membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia dan tidak ada manfaatnya sama sekali.

Fenomena seperti ini merupakan realita kehidupan yang senantiasa berulang setiap pergantian tahun. Bahkan dari tahun ke tahun makin bertambah semarak dan makin tidak terkendalikan arusnya. Tahun ini, wallahu a’lam apakah yang akan terjadi dan mewarnai awal tahun baru Masehi di negeri kita ini.

Seorang muslim yang memiliki kecemburuan besar terhadap agamanya, tentu tidak setuju dengan semua itu, dan tentu tidak setuju bila hal itu sampai terjadi di tengah keluarga kita. Kita semua harus tahu bahwa pergantian tahun merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang tiada tara, yang hanya dipahami oleh orang-orang yang berakal yang memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’”(Qs.Ali Imron[3]: 190-191)

Perayaan tahun baru di beberapa negara terkait erat dengan keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap para dewa. Jika seorang muslim telah memahami hal ini, maka tentu ia akan memahami bahwa bagi sebagian kaum kafir, merayakan tahun baru merupakan peribadahan. Sehingga apabila seorang muslim ikut-ikutan merayakan tahun baru maka boleh dibilang kerena ketidaktahuannya terhadap agamanya sebab ia telah menyerupai orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya.

Ingkarilah kemungkaran karena kemungkaran merupakan jalan menuju petaka. Begitu bahayanya akibat dari kemungkaran, maka seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk mencegah dan mengingkari kemungkaran-kemungkaran yang ada sebatas kemampuannya, walau hanya dengan hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Makin bertambah usia seorang muslim seharusnya makin ia sadar akan memanfaakan waktu dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat serta menjauhkan dirinya dari sesuatu yang membahayakan. Hendaklah kita mengingat masa penangguhan hidup kita di dunia. Ketika seorang muslim memasuki tahun baru, ia akan ingat bahwa berarti ia makin mendekati akhir masa penangguhan hidup di dunia ini. Bila senantiasa mengingat hal ini, maka kita pun akan semakin bersemangat mencari bekal untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrowi (akhirat) yang kekal abadi. Berbahagialah dengan keislaman kita. Agama kita berbeda dengan agama lain, sehingga dilarang menyerupai orang kafir, terlebih lagi mengikuti cara beragamanya kaum kafir. Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim meninggalkan perayaan tahun baru dan penanggalan ala kafir. Sebaiknya kita menghidupkan penanggalan Islam dalam rangka meninggikan syiar dan izzah Islam serta kaum muslimin. Selain itu, hendaknya kita mengingat kebesaran dan keagungan-Nya sehingga akan menambah rasa takut, cinta dan berharap akan ridho-Nya.

Diringkas dari artikel “Tahun Baru Haruskah Dirayakan?” oleh Abu Zahroh al-Anwar, Majalah al-Mawaddah Edisi ke-5 Tahun ke-2 Dzulhijjah 1429 H/Desember 2008

Sumber : http://muslimah.or.id/aqidah/merayakan-tahun-baru.html

»»  Artikel Selengkapnya...

Saudariku Apa yang Menghalangimu untuk Berhijab 2

G. KISAH-KISAH NYATA
1. Kematian Yang Tiba-tiba
Seorang anggota parlemen dalam kondisi kesehatan yang prima, penuh energi dan memiliki etos kerja sangat tinggi, orangnya masih muda. Namun, tiba-tiba virus ganas menyerang otaknya. Tak berlangsung lama, virus itu berubah menjadi segumpal daging. Anggota parlemen itu akhimya tak berdaya dan meningal dengan cara yang amat mengenaskan.

2. Kematian Tak Kenal Orang Sehat atau Sakit
Seorang komandan tinggi di jajaran Angkatan Bersenjata, ia tak pernah mengeluhkan suatu penyakit apapun, tubuhnya padat berisi, otot-ototnya kekar, lincah dan gesit dalam melakukan tugas di teritorialnya.
Seperti biasa, pada suatu malam, ia pergi tidur. Di pagi hari, sang ibu membangunkannya. Tak ada jawaban. Apa yang tejadi? Ternyata tubuhnya sudah dingin dan terbujur kaku. Tidur itu menghantarnya pada kematian dan tak pemah kembali lagi.




3. Temanku Mati Terbakar
Abu Abdillah berkata: "Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pemah kualami sendiri beberapa tahun lain, sehingga mengubah total perjalanan hidupku. Sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, demi peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka kuungkapkan kisah ini.
Ketika itu kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat. Satunya lagi adalah setan.
Kami pergi berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lain kami bawa ke sebuah taman yang jauh terpencil. Di sana, kami berubah menjadi serigala-serigala yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati.
Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda, atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak mungkin pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biqsa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, ditemani minuman laknat. Satu hal kami lupa.saat itu, makanan.

Segera salah Seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat, jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi teman kami itu belum kembali. Pukul sepuluh malam, hatiku mulai tidak enak dan gusar. Maka aku segera membawa mobil untuk mencarinya. Di tengah perjalanan, di kejauhariaku melihat jilatan api. Aku mencoba mendekat. Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat.Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila.Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.
Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih: "Api..., api...!"
Aku memutuskan untuk segera membawa ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: ";Tak ada gunanya.. aku tak akan sampai...!l
Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku meninggal dihadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: "Apa yang mesti kukatakan padarnya?
Apa yang mesti kukatakan padaNya?"
Aku memandanginya penuh keheranan. "Siapa?" tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari dasar Sumur yang amat dalam, dia menjawab: "Allah!"
Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit,gemanya menyelusup ke setiap relung malam yang gulita, lain kudengar tarikan nafasnya yang terakhir. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun.

Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakaryal dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.
Pada diriku sendiri aku bertanya: "Aku,... apa yang harus kukatakan padaNya?"
Air mataku menetes, lain sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan Shubuh menggema:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anla Ilaaha Illa Allah... Asyhadu Anna Muhammadar XasuluNah... Hayya 'Alash Shalaah..."
Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja, mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah.
Aku segera bangkit, mandi dan wudhu, menyucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamkanku selama bertahun-tahun.

»»  Artikel Selengkapnya...

Saudariku Apa yang Menghalangimu untuk Berhijab 1

Oleh : Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly
MUQADDIMAH

"Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwannnya. " (Asy Syams: 7-8 )
Manusia diciptakan oleh Allah dengan sarana untuk meniti jalan kebaikan atau jalan kejahatan. Allah memerintahkan agar kita saling berwasiat untuk mentaati kebenaran, saling memberi nasihat di antara kita dan menjadikannya di antara sifat-sifat orang yang terhindar dari kerugian.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al 'Ashr, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa kewajiban kita terhadap sesama adalah saling menasihati.
Beliau bersabda:
"Orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin lainnya " (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam "Al Autsah" dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shah Jami'ush Shaghir, hadits no. 6531)


Dengan kata lain, seorang mukmin bisa menyaksikan dan mengetahui kekurangannya dari mukmin yang lain. Sehingga ia laksana cermin bagi dirinya. Tetapi cermin ini tidak memantulkan gambar secara fisik melainkan memantulkan gambar secara akhlak dan perilaku. Islam juga --sebagaimana dalam banyak hadits—menganjurkan dan mengajak pemeluknya agar sebagian mereka mencintai sebagian yang lain. Di antara pilar utama dari kecintaan ini, hendaknya engkau berharap agar saudaramu masukSurga dan dijauhkan dari Neraka. Tak sebatas berharap, namun engkau harus berupaya keras dan maksimal urituk menyediakan berbagai sarana yang menjauhkan saudaramu dari hal-hal yang membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat.
Hal-hal di atas itulah yang melatar belakangi buku sederhana ini kami hadirkan. Selain itu, kecintaan dan rasa kasih sayang kami kepada segenap remaja puteri di seluruh dunia Islam. Tentu,juga keinginan kami untuk menjauhkan mereka dari bahaya dan kerugian di dunia maupun di akhirat.
Lebih khusus, buku ini kami hadirkan untuk segolongan kaum muslimah yang belum mentaati perintah berhijab ('Hijab: Maksudnya, busana wanita muslimah yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dari kepala hingga telapak kaki, hijab tersebut mempunyai syarat-syarat tertentu. (lihat him.66 )
seperti yang diperintahkan syariat. Baik karena belum mengetahui bahwa hijab adalah wajib, karena tidak mampu melawan tipu daya dan pesona dunia, karena takluk di hadapan nafsu yang senantiasa memerintahkan keburukan atau tunduk oleh bisikan setan, karena pengaruh teman yang tidak suka kepada kebaikan bagi sesama jenisnya atau karena alasan-alasan lain.
Kami memohon kepada Allah semoga uraian dalam buku sederhana ini menjadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yang tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhawat yang belum mentaati perintah ber-hijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah Subhanahu Wata'ala.
SYUBHAT DAN SYAHWAT
Setan bisa masuk kepada manusia melalui dua pintu utama, yaitu syubhat dan syahwat. Seseorang tidak melakukan suatu tindak maksiat kecuali dari dua pintu tersebut. Dua perkara itu merupakan penghalang sehingga seorang muslim tidak mendapatkan keridhaan Allah, masuk Surga dan jauh dari Neraka. Di bawah ini akan kita uraikan sebab-sebab utama dari syubhat dan syahwat.
A. SYUBHAT PERTAMA : MENAHAN GEJOLAK SEKSUAL
Sytlbhat ini menyatakan, gejolak nafsu seksual pada setiap manusia adalah sangat besar dan membahayakan.
Ironinya, bahaya itu timbul ketika nafsu tersebut ditahan dan dibelenggu. Jika terus menerus ditekan, ia bisa mengakibatkan ledakan dahsyat.
Hijab wanita akan menyembunyikan kecantikannya, sehingga para pemuda tetap berada dalam gejolak nafsu seksual yang tertahan, dan hampir meledak, bahkan terkadang tak tertahankan sehingga ia lampiaskan dalam bentuk tindak perkosaan atau pelecehan seksual lainnya.
Sebagai pemecahan masalah tersebut, satu-satunya cara adalah membebaskan wanita dari mengenakan hijab, agar para pemuda mendapatkan sedikit nafas bagi pelampiasan nafsu mereka yang senantiasa bergolak di dalam. Dengan demikian, hasrat mereka sedikit bisa terpenuhi. Suasana itu lalu akan mengurangi bahaya ledakan gejolak nafsu yang sebelumnya tertahan dan tertekan.
1. Bantahan
Sepintas, syubhat di atas secara lahiriah nampak logis dan argumentatif. Kelihatannya, sejak awal, pihak yang melemparkan jalan pemecahan tersebut ingin mencari kemaslahatan bagi masyarakat dan menghindarkan mereka dari kehancuran. Padahal kenyataannya, mereka justru menyebabkan bahaya yang jauh lebih besar bagi masyarakat, yaitu menyebabkan tercerai-berainya masyarakat, kehancurannya, bahkan berputar sampai seratus delapan puluh derajat pada kebinasaan.
Seandainya jalan pemecahan yang mereka ajukan itu benar, tentu Amerika dan Negara-negara Eropa serta Negara-negara yang berkiblat kepada mereka akan menjadi negara yang paling kecil kasus perkosaan dan kekerasannya terhadap kaum wanita di dunia, juga dalam kasus-kasus kejahatan yang lain.
Amerika dan negara-negara Eropa amat memperhatikan masalah ini, dengan alasan kebebasan individual.
Di sana, dengan mudah anda akan mendapatkan berbagai majalah porno dijual di sembarang tempat. Acara-acara televisi, khususnya setelah pukul dua belas malam, menayangkan berbagai adegan tak senonoh, yang membangkitkan hasrat seksual. Bila musim panas tiba, banyak wanita di sana membuka pakaiannya dan hanya mengenakan pakaian bikini. Dengan keadaan seperti itu, mereka berjemur di pinggir pantai atau kota-kota pesisir lainnya. Bahkan di sebagian besar pantai dan pesisir, mereka boleh bertelanjang dada dan hanya memakai penutup ala kadarnya. Terminal-terminal video rental bertebaran di seluruh pelosok Amerika dengan semboyan "Adults Only" (khusus untuk orang dewasa). Di terminal-terminal ini, anak-anak cepat tumbuh matang dalam hal seksual sebelum waktunya. Siapa saja dengan mudah bisa menyewa kaset-kaset video lalu memutarnya di rumah atau langsung menontonnya di tempat penyewaan.
Rumah-rumah bordil bertaburan di mana-mana. Bahkan di sebagian negara, memajang para wanita tuna susila (pelacur) di etalase sehingga bisa dilihat oleh peminatnya dari luar.
Apa kesudahan dari hidup yang serba boleh (permisif) itu? Apakah kasus perkosaan semakin berkurang? Apakah kepuasan mereka terpenuhi, sebagaimana yang ramai mereka bicarakan? Apakah para wanita terpelihara dari bahaya besar ini?
2. Data Statistik Amerika
Dalam sebuah buku berjudul "Crime in U.S.A" terbitan Pemerintah Federal di Amerika --yang ini berarti data statistiknya bisa dipertanggungjawabkan karena ia dikeluarkan oleh pihak pemerintah, tidak oleh paguyuban sensus-- di halaman 6 dari buku ini ditulis: "Setiap kasus perkosaan yang ada selalu dilakukan dengan caua kekerasnlz dan
iru terjadi di Amerika setiap enam menit sekali. " Data ini adalah yang tejadi pada tahun 1988 , yang dimaksud dengan kekerasan di sini adalah dengan menggunakan senjata tajam.
Dalam buku yang sama juga disebutkan:
1. Pada tahun 1978 di Amerika tejadi sebanyak 147,389 kasus perkosaan.
2. Pada tahun 1979 di Amerika tejadi sebanyak 168,134 kasus perkosaan.
3. Pada tahun 1981 di Amerika tejadi sebanyak 189.045 kasus perkosaan.
4. Pada tahun 1978 di Amerika tejadi sebanyak 211.691 kasus perkosaan.
5. Pada tahun 1978 di Amerika tejadi sebanyak 211.764 kasus perkosaan.
Data statistik ini, juga data-data sejenis lainnya – yang dinukil dari sumber-sumber berita yang dapat dipertanggungjawabkan-- menunjukkan semakin melonjaknya tingkat pelecehan seksual di negara-negara tersebut. Tidak lain, kenyataan ini merupakan penafsiran empiris (secara nyata dan dalam praktik kehidupan sehari-hari) dari firman Allah:
"Hai Nabi, katakanIah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ....."(Al Ahzab: 59 )
Sebab turunnya ayat ini, --sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Qurthubi dalam tafsirnya—karena para wanita biasa melakukan buang air besar di padang
terbuka sebelum dikenalnya kakus (tempat buang air khusus dan tertutup). Di antara mereka itu dapat dibedakan antara budak dengan wanita merdeka. Perbedaan itu bisa dikenali yakni kalau wanita-wanita merdeka mereka menggunakan hijab. Dengan begitu, para pemuda enggan mengganggunya.
Sebelum turunnya ayat ini, wanita-wanita muslimah juga melakukan buang hajat di padang terbuka tersebut. Sebagian orang-orang dujana mengira kalau dia adalah budak, ketika diganggu, wanita muslimah itu berteriak sehingga laki-laki itu pun kabur. Kemudian mereka mengadukan peristiwa tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , sehingga turunlah ayat ini.
Hal ini menegaskan, wanita yang memamerkan auratnya, mempertontonkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya kepada setiap orang yang lain lalang, lebih berpotensi untuk diganggu. Sebab dengan begitu, ia telah membangkitkan nafsu seksual yang terpendam.
Adapun wanita yang ber-hijab maka dia senantiasa menyembunyikan kecantikan dan perhiasannya. Tidak ada yang kelihatan daripadanya selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. Dan pendapat lain mengatakan, tidak boleh terlihat dari diri wanita tersebut selain matanya saja.
Syahwat apa saja yang bisa dibangkitkan oleh wanita ber-hijab itu? Instink seksual apa yang bisa digerakkan oleh seorang wanita yang menutup rapat seluruh tubuhnya itu?
Allah mensyari'atkan hijab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain. Sebab Allah Subhanahu Wata'ala mengetahui, pamer aurat akan mengakibatkan semakin bertambahnya kasus pelecehan seksual, karena perbuatan tersebut membangkitkan nafsu seksual yang sebelumnya tenang.
Kepada orang yang masih mempertahankan dan meyakini kebenaran syubhat tersebut, kita bisa menelanjangi kesalahan mereka melalui empat hakikat:
Pertama, berbagai data statistik telah mendustakan cara pemecahan yang mereka tawarkan.
Kedua, hasrat seksual terdapat pada masing-masing pria dan wanita. Ini merupakan rahasia Ilahi yang dititipkan Allah pada keduanya untuk hikmah yang amat banyak, diantaranya demi kelangsungan keturunan. jika boleh berandai-andai, andaikata hasrat seksual itu tidak ada, apakah keturunan manusia masih bisa dipertahankan? Tak seorang pun memungkiri keberadaan hasrat dan naluri ini. Tetapi, dengan tidak mempertimbangkan adanya naluri seksual tersebut tiba-tiba sebagian laki-laki diminta berlaku wajar di tengah pemandangan yang serba terbuka dan telanjang. Amat ironi memang.
Ketiga, yang membangkitkan nafsu seksual laki-laki adalah tatkala ia melihat kecantikan wanita, baik wajah, atau anggota tubuh lain yang mengundang syahwat. Seseorang tidak mungkin melawan fitrah yang diciptakan Allah (kecuali mereka yang dirahmati Allah), sehingga bisa memadamkan gejolak syahwat-nya tatkala melihat sesuatu yang membangkitkannya.
Keempat, orang yang mengaku bisa mendiagnosa nafsu seksual yang tertekan dengan mengumbar pandangan mata kepada wanita cantik dan telanjang sehingga nafsunya akan terpuaskan (dan dengan demikian tidak menjurus pada perbuatan yang lebih jauh, misalnya pemerkosaan atau pelecehan seksual lainnya), maka yang ada hanya dua kemungkinan:
Pertama, orang itu adalah laki-laki yang tidak bisa terbangkitkan nafsu seksualnya meski oleh godaan syahwat yang bagaimana pun (bentuk dan jenisnya), ia termasuk kelompok orang yang dikebiri kelaminnya sehingga dengan cara apa pun mereka tidak akan merasakan keberadaan nafsunya.
Kedua, laki-laki yang lemah syahwat atau impoten. Aurat yang dipamerkan itu tak akan mempengaruhi dirinya.
Apakah orang-orang yang membenarkan syubhat tersebut (sehingga dijadikannya jalan pemecahan) hendak memasukkan kaum laki-laki dari umat kita ke dalam salah satu dari dua golongan manusia lemah di atas? Na'udzubillah min dzalik
B. SYUBHAT KEDUA : BELUM MANTAP

Hal ini lebih tepat digolongkan kepada syahwat dan menuruti hawa nafsu daripada disebut syubhat. Jika salah seorang ukhti yang belum mentaati perintah berhijab ditanya, mengapa ia tidak mengenakan hijab? Di antaranya ada yang menjawab: "Demi Allah, saya belum mantap dengan berhijab. Jika saya telah merasa mantap dengannya saya akan berhijab, insya Allah."

Ukhti yang berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Jika perintah itu datangnya dari manusia maka manusia bisa salah dan bisa benar. Imam Malik berkata: "Dan setiap orang bisa diterima ucapannnya dan juga bisa ditolak, kecuali (perkataan) orang yang ada di dalam kuburan ini." Yang dimaksudkan adalah Rasulullah Shallallahu 'Alnihi Wasallam.

Selagi masih dalam bingkai perkataan manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerima. Karenanya, dalam hal ini, setiap orang bisa berucap "belum mantap", dan ia tidak bisa dihukum karenanya.

Adapun jika perintah itu salah satu dari perintah-perintah Allah, dengan kata lain Allah yang memerintahkan di dalam kitabNya, atau memerintahkan hal tersebut melalui NabiNya agar disampaikan kepada umatnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan "saya belum mantap".

Bila ia masih mengatakan hal itu dengan penuh keyakinan, padahal ia mengetahui perintah tersebut ada di dalam kitab Allah Tn 'aln, maka hal tersebut bisa menyeretnya pada bahaya yang sangat besar, yakni keluar dari agama Allah, sementara dia tidak menyadarinya. Sebab dengan begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Karena itu, ia adalah ungkapan yang sangat berbahaya.

Seandainya ia berkata: "Aku wanita kotor","aku tak kuat melawan nafsuku", "jiwaku rapuh" atau "hasratku untuk itu sangat lemah" tentu ungkapan-ungkapan ini dan yang sejenisnya tidak bisa disejajarkan dengan ucapan:
"Aku belum mantap." Sebab ungkapan-ungkapan tersebut pengakuan atas kelemahan, kesalahan dan kemaksiatan dirinya. Ia tidak menghukumi dengan salah atau benar terhadap perintah-perintah Allah secara semaunya. Juga tidak termasuk yang mengambil sebagian perintah Allah dan mencampakkan yang lain.

Allah berfirman.Artinya:
"Dan ridaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka piIihan (yang lain) tentang trrusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai AIlah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. " (Al-Ahzab: 36)

1. Sikap Yang Dituntut
Ketika seorang hamba mengaku beriman kepada Allah, percaya bahwa Allah lebih bijaksana dan lebih mengetahui dalam penetapan hukum daripada dirinya -sementara dia sangat miskin dan sangat lemah-- maka jika telah datang perintah dari Allah, tidak ada pilihan lain baginya kecuali mentaati perintah tersebut. Ketika mendengar perintah Allah, sebagai seorang mukmin atau mukminah, mereka wajib mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang beriman:
Artinya:
"... Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdo'a), 'Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.' (Al Baqarah: 285)

Ketika Allah memerintahkan kita dengan suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan kita, dan salah satu sebah bagi tercapainya kebahagiaan kita. Demikian pula ha!nya dengan ketika memerintah wanita ber-hijab, Dia Maha Mengetahui bahwa ia adalah salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.

Allah Subhanahu Wata 'ala Maha Mengetahui, ilmuNya meliputi segala sesuatu, mengetahui sejak sebelum manusia diciptakan, juga mengetahui apa yang akan tejadi di masa mendatang dengan tanpa batas, mengetahui apa yang tidak akan tejadi dari berbagai peristiwa, juga Dia mengetahui andaikata peristiwa tersebut tejadi, apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Dengan kepercayaan seperti ini, yang merupakan keyakinan umat Islam, apakah patut dan masuk akal kita menolak perintah Allah Yang Maha Luas ilmuNya, selanjutnya kita menerima perkataan manusia yang memiliki banyak kekurangan, dan ilmunya sangat terbatas?

2. Contoh dari Kenyataan Sehari-hari
Sebagai contoh, dapat kita kemukakan dari kenyataan hidup sehari-hari. Bila kita membeli satu unit komputer sementara orang yang merakitnya ada di dekat kita, dia mengerti betul bagaimana cara mengoperasikannya, memahami dari A hingga Z seluk beluk alat canggih tersebut, maka logiskah jika kita memanggil tukang cuci mobil untuk mengajari kita cara pengoperasian komputer?
Tentu sangat tidak logis. Akal kita akan mengatakan, kita mesti memanggil ahli komputer untuk mengajari bagaimana cara penggunaan alat tersebut, berikut cara memperbaikinya jika tejadi kerusakan. Kita meyakini, yang menciptakan manusia dan membentuknya adalah Tuhan manusia, yaitu Allah. Karena itu, sangat wajar jika Allah yang lebih mengetahui tentang apa yang membahayakan dan memberi manfaat manusia.

Dan jelaslah, bertahkim, patuh dan menyerah kepada selain Allah adalah cermin ketidak warasan, kebodohan dan kedunguan. Kedunguan itu disebabkan karena kita patuh kepada seseorang yang tidak mengetahui. Barangsiapa yang mengambil nasihat orang bodoh berarti dia menggelincirkan dirinya pada kebinasaan.

Ironinya, inilah yang tejadi pada kita kaum muslimin, betapa banyak kaum muslimin yang menuntut jawaban dari orang yang tidak mengetahuinya. Sebagaimana betapa banyak dari kalangan kita yang tidak memahami bahwa yang dimaksud kata "Islam" adalah menyerah, patuh dan tunduk secara total kepada perintah-perintah Allah dan larangan-laranganNya.

3. Ukhti, Jangan Terjerumus Pada Pertentangan.
Tatkala engkau menasehati sebagian ukhti yang belum berhijab, sebagian mereka ada yang menjawab: "Saya juga seorang muslimah, selalu menjaga shalat lima waktu dan sebagian shalat sunat, saya puasa Ramadhan dan telah melakukan haji, berkali-kali pula saya umrah, aktif sebagai donatur pada beberapa yayasan sosial, tetapi saya belum' mantap dengan ber-hijab".

4. Pertanyaan Buat Ukhti
"Kalau memang anda sudah dan selalu melakukan amalan-amalan terpuji, yang berpangkal dari iman, kepatuhan pada perintah Allah serta takut siksaNya jika meninggalkan kewajiban-kewajiban itu, mengapa anda beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah-perintah itu adalah satu?

Sebagaimana shalat yang selalu anda jaga adalah suatu kewajiban, demikian pula halnya dengan hijab. Hijab itu wajib, dan kewajiban itu tidak diragukan adanya dalam A1Qur'an dan As Sunnah. Atau, apakah anda tidak pernah mendengar cercaan Allah terhadap Bani Israil, karena mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain?
Secara tegas, dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya:
...Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat". (Al-Baqarah: 85)
Selanjutnya renungkanlah hadits shahih berikut ini:

"Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada Ilari Kiamat ialah orang yang diletakkan di tengah kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana besar yang dipanggang dalam kobaran api ".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Kitabur Riqaaq, 11/376.

Jika seperti ini adzab yang paling ringan pada hari Kiamat, lalu bagaimana adzab bagi orang yang diancam Allah dengan adzab yang amat pedih, sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Yakni bagi orang yang beriman kepada sebagian ayat dan meninggalkan sebagian yang lain?

5. Wahai Ukhti...
Apakah hanya demi penampilan, kebanggaan dan saling unggul-mengungguli di dunia, lain anda rela menjual akhirat dan slap menerima adzab yang pedih?
Sungguh, kami tidak berharap untuk ukhti, melainkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Kami meminta agar ukhti mau menggunakan akal sehat dalam menentukan pilihan ini.
C. SYUBHAT KETIGA: IMAN ITU LETAKNYA DI HATI

Jika salah seorang di antara mereka ditanya, mengapa dia tidak berhijab? Maka ukhti yang terhormat ini akan menjawab: "Ah, iman itu letaknya di hati".
Ini adalahjawaban yang paling sering dilontarkan para wanita muslimah yang belum berhijab. Karena itu, di bawah ini akan kita bahas syubhat tersebut.

1. Sumber Syubhat:
Mereka berusaha menafsirkan sebagian hadits, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Seperti dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alnihi Wnsallam:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu, tetapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian ".
Tampaklah, bahwa mereka menggugurkan makna yang semestinya, yaitu kebenaran yang dibelokkan kepada kebatilan. Memang benar, iman letaknya dalam hati, tetapi iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja.

Dengan hadits ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam hendak menjelaskan makna keikhlasan bagi diterimanya suatu amal perbuatan. Allah tidak melihat bentuk-bentuk lahiriah, seperti pura-pura khusyu' dalam shalat dan sebagainya, tetapi Allah melihat hati dan keikhlasan niat dari segala yang selain Allah. Dia tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang ikhlas untuknya semata.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Taqwa itu ada di sini", seraya menunjuk ke arah dadanya ".
Pengarang kitab Nuzhatul Mutraqin berkata: "Hadits ini menunjukkan, pahala amal tergantung keikhlasan hati, kelurusan niat, perhatian terhadap situasi hati, pelempangan tujuan dan kebersihan hati dari segala sifat tercela yang dimurkai Allah"

2. Definisi Iman
Iman tidak cukup hanya dalam hati. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapatkan Surga.
Definisi iman menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah : "Keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan dan pelaksanaan dengan anggota badan".
Definisi ini terdapat dalam setiap buku akidah (tauhid), kecuali buku-buku yang menyimpang dan tidak berdasarkan manhaj (methode) Ahlus Sunnnh wal Jama 'ah.

3. Kesempurnaan Iman
Dalam tashawwur (gambaran) kita, orang yang mengatakan iman dengan lidahnya, tetapi tidak disertai keyakinan hatinya, itu adalah keadaan orang-orang munafik. Demikian pula orang yang beramal hanya sebatas aktifitas anggota tubuh, tetapi tidak disertai keyakinan hati, itu merupakan keadaan orang-orang munafik.

Pada masa Nabi Shallallahu alaihi wasalam , mereka senantiasa shalat bersama beliau, berperang, mengeluarkan nafkah, pulang pergi bersama kaum muslimin, tetapi hati mereka tidak pemah beriman kepada agama Allah. Kepada mereka, Allah menghukumi sebagai orang-orang munafik, dan balasan untuk mereka adalah berada di kerak atau dasar Neraka.
Demikian pula orang yang beriman hanya dengan hatinya tapi tidak disertai dengan amalan anggota badan.

Ini adalah keadaan iblis. Dia percaya pada kekuasaan Allah, Dzat yang menghidupkan dan mematikan. Dia meminta penangguhan kematiannya, dia juga percaya terhadap adanya hari Kiamat, tetapi dia tidak beramal dengan anggota tubuhnya. Allah berfirman:
Artinya: "la (iblis) enggan dan takabur dan dia temzasuk golongan orang-orang kafir". (Al Baqarah:34)
Dalam Al Qur'an setiap kali disebutkan kata iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yang beriman dan beramal shaIih ...........
Amal selalu beriringan dan merupakan konsekuensi iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

Kepada ukhti yang belum berhijab dengan alasan "iman itu letaknya di hati", kami hendak bertanya, andaikata seorang kepala sekolah memintanya membuat laporan, atau mengawasi murid-murid, atau memberi pelajaran ekstra kurikuler, atau menjadi petugas piket untuk menggantikan guru yang berhalangan hadir atau pekerjaan lain, logiskah jika dia menjawab: "Dalam hati, saya percaya dan sudah mantap terhadap apa yang diminta oieh direktur kepadaku, tetapi aku tidak mau melaksanakan apa yang dikehendakinya dariku". Apakah jawaban ini bisa diterima? Lalu apa akibat yang bakal menimpanya?

Ini sekedar contoh dalam kehidupan manusia. Lalu bagaimana jika urusan ini berhubungan dengan Allah, Tuhan manusia yang memiliki sifat Yang Maha Tinggi?
D. SYUBHAT KEEMPAT: ALLAH BELUM MEMBERIKU HIDAYAH
Para akhawat yang tidak berhijab banyak yang berdalih: "Allah belum memberiku hidayah. Sebenamya•aku juga ingin berhijab, tetapi hendak bagaimana jika hingga saat ini Allah belum memberiku hidayah?, do'akanlah aku agar segera mendapat hidayah!"
Ukhti yang berdalih seperti ini telah terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Kami ingin bertanya: "Bagaimana engkau mengetahui bahwa Allah belum memberimu hidayah?"
Jika jawabannya, "Aku tahu", maka ada satu dari dua kemungkinan:
Pertama, dia mengetahui ilmu ghaib yang ada di dalam kitab yang tersembunyi (Lauhul Mahfuzh). Dia pasti mengetahui pula bahwa dirinya termasuk orang-orang yang celaka dan bakal masuk Neraka.
Kedua, ada makhluk lain yang mengabarkan padanya tentang nasib dirinya, bahwa dia tidak termasuk wanita yang mendapatkan hidayah. Bisa jadi yang memberitahu itu malaikat atau pun manusia.
Tika kedua jawaban itu tidak mungkin adanya, bagaimana engkau mengetahui Allah belum memberimu hidayah? Ini salah satu masalah.
Masalah lain adalah, AUah telah menerangkan dalam kitabNya, bahwa hidayah itu ada dua macam.Masing-masing adalah hidayah dilaIah dan hidayah taufiq.
1. Hidayah Dilalah
Ini adalah bimbingan atau petunjuk pada kebenaran. Dalam hidayah'ini, terdapat campur tangan dan usaha manusia, di samping hidayah Allah dan bimbingan RasulNya. Allah telah menunjukkan jalan kebenaran pada manusia yang mukallnf, juga Dia telah menunjukkan jalan kebatilan yang menyimpang dari petunjuk para Rasul dan KitabNya. Para rasul pun telah menerangkan jalan ini kepada kaumnya. Begitu pula para da'i. Mereka semua menerangkan jalan ini kepada manusia. Jadi semua ikut ambil bagian dalam hidayah ini.

2. Hidayah Taufiq
Hidayah ini hanya milik Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya (dalam pemberian hidayah taufiq ini). Ia berupa peneguhan kebenaran dalam hati, penjagaan dari penyimpangan, pertolongan agar tetap meniti dan teguh di jalan kebenaran, pendorong pada kecintaan iman. Pendorong pada kebencian terhadap kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.
Hidayah raufiq diberikan kepada orang yang memenuhi panggi!an Allah dan mengikuti petunjukl\lya.
Jenis hidayah ini datang sesudah hidayah dilalah. Sejak awal, dengan tidak pilih kasih, Allah memperlihatkan kebenaran kepada semua manusia. Allah berfirman:Artinya:
"Dan adapun kaum Tsamua maka mereka telah kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu .... " (Fushshilat: 17 )

Dan untuk itu, Allah menciptakan potensi dalam diri setiap orang mukaIlaf untuk memilih antara jalan kebenaran atau jalan kebatilan. Jika dia memilih jalan kebenaran menurut kemauannya sendiri maka hidayah taufiq akan datang kepadanya. Allah berfirman:
Artinya: ''Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk pada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya " . (Muhammad: 17)

Jika dia memilih kebatilan menurut kemauannya sendiri, maka Allah akan menambahkan kesesatan padanya dan Dia mengharamkannya mendapat hidayah taufiq.Allah berfirman :
Artinya:"Katakanlah: 'Barangsiapa yang berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya .... "(Maryam: 75)
Artinya: ...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka ". (Ash Shaf: 5)

3. Penumpamaan Hidayah Taufiq
Syaikh Asy Sya'rawi memberikan perumpamaan yang amat mengena tentang hidayah taufiq ini, dan itu menupakan sunnatullah. Beliau mengumpamakan dengan seseorang yang menanyakan suatu alamat. Orang itu pergi ke polisi lain lintas untuk menanyakan alamat tersebut. Lain polisi menyarankan: "Anda bisa bejalan lurus sepanjang jalan ini, sampai di perempatan anda belok ke kanan, selanjutnya ada gang, anda belok ke kiri, di situ anda mendapatkan jalan raya, di seberang jalan raya tersebut akan terlihat gedung dengan pamplet besar, itulah alamat yang anda cari".

Orang tersebut dihadapkan pada dua pilihan, percaya kepada petunjuk polisi atau mendustakannya. Jika percaya kepada polisi, ia akan segera beranjak mengikuti petunjuk yang diterimanya. Jika berjalan terus sesuai dengan petunjuk polisi, ia akan semakin dekat dengan tempat dan alamat yang ia inginkan.

Jika ia tidak mempercayai saran polisi itu bahkan malah mengumpatnya sebagai pendusta, sehingga ia bejalan menuju arah yang berlawanan, rnaka semakin jauh dia berjalan, semakin jauh pula kesesatannya. Itulah perumpamaan petunjuk dan kesesatan.

Ini merupakan perumpamaan yang tepat untuk mendekatkan pengertian sunnatullah ini. Siapa yang memilih kebenaran, Allah akan menolong dan meneguhkannya. Dan siapa yang memilih kebatilan, Allah akan menyesatkannya dan membiarkannya bersama setan yang menyertainya.

4. Carilah Sebab-sebab Hidayah, Niscaya Anda Mendapatkannya
Itulah sunnatullnh yang berlaku pada semua makhluknya. Allah berfirman:
...Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kaIi tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu". (Faathir: 43)

Adapun sunnatullah dalam perubahan nasib, hanya akan terjadi jika manusia memulai dengan mengubah terlebih dahulu dirinya sendiri, lain mengupayakan sebab-sebab perubahan yang dimaksudnya. Allah berfirman:
Artinya:"Sesungguhnya AIlah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (Ar Ra'd: 11)
Maka orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan seba-sebab yang bisa mengantarkannya mendapat hidayah tersebut.
Dalam hal ini, terdapat teladan yang baik pada diri Maryam. Suatu hari, dia amat membutuhkan makanan, Padahal ketika itu, ia dalam kondisi sangat lemah, seperti yang biasa tejadi pada wanita yang hendak melahirkan.Lalu Allah memerintahkannya melakukan suatu usaha yang orang laki-laki paling kuat sekali pun tidak akan mampu melakukannya. Maryam diminta menggoyang-goyangkan pangkal pohon korma, meskipun pangkal pohon korma itu sangat kokoh dan sulit digoyang-goyangkan. Allah berfirman:
Artinya: "Dan goyanglah pangkal pohon komra itu ke arahmu .... (Maryam: 25)
Maryam tidak mungkin mampu menggoyang pangkal pohon korma, sementara dia dalam kondisi yang amat lemah. Itu hanya dimaksudkan sebagai usaha mencari sebab dengan cara meletakkan tangannya di pohon korma.

Dengan demikian terpenuhilah hukum kausalitas dan sunnatullah dalam hal perubahan. Maka hasilnya adalah:
Artinya: "Pohon itu akan menggugurkan buah korma yang masak kepadamu ". (Maryam: 25)
Inilah sunnatullah dalam perubahan. Tidak mungkin orang mukmin terus-menerus berada di masjid, bahkan meskipun di Masjidil Haram dengan hanya duduk dan beribadah kepada Allah, Seraya mengharap rizki dari Allah.
Tentu Allah tidak akan mengabulkannya tanpa dia sendiri mencari sebab-sebab rizki tersebut. Langit tak mungkin sekonyong-konyong menurunkan hujan emas dan perak.

Karena itu, wahai ukhti, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah. Di antara usaha itu ialah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih teman yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis-majelis dzikir dan ceramah agama, mendengarkan kaset pengajian agama, membaca buku-buku tentang keimanan dan sebagainya.

Tetapi, sebelum melakukan semua itu hendaknya engkau terlebih dahulu meninggallkan hal-hal yang bisa menjauhkanmu dari jalan hidayah. Seperti teman yang tidak baik, membaca majalah-majalah yang tidak mendidik, menyaksikan tayangan-tayangan televisi yang membangkitkan perbuatan haram, bepergian tanpa disertai mahram, menjalin hubungan dengan para pemuda (pacaran), dan hal-hal lain yang bertentangan dengan jalan hidayah.
E. SYUBHAT KELIMA: TAKUT TIDAK LAKU NIKAH
Sebagian akhawat yang tidak ber-hijab berdalih dengan takut tidak laku nikah Syubhat yang dibisikkan setan dalam jiwa sebagian akhawat yang tidak berhijab ini, pangkalnya adalah perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Jika ia berhijab atau memakai cadar, tentu tak ada yang bisa dilihat dari padanya, sehingga sang pemuda enggan mengambil keputusan untuk menikahinya.
Ironinya, kepercayaan seperti ini, tidak hanya monopoli para akhawat, tetapi juga merupakan kepercayaan para orang tua, pada akhimya mereka melarang anak-anak puterinya memakai hijab. Syubhat ini tidak bisa diterima lewat dua alasan mendasar.
1. Penilaian dari Sisi Teori Dasar
Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Wanita itu dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu.

Memang demikian yang terjadi. Kaum laki-laki tidak hanya melihat unsur kecantikan semata, tetapi ada hal-hal lain yang menyatu dengan kecantikan itu atau terlepas darinya, yang dijadikan pertimbangan dalam memilih isteri. Namun para gadis dan orangtua banyak yang menganggap kecantikan adalah segala-galanya. Atau setidak-tidaknya menjadikan kecantikan sebagai unsur terpenting, sedangkan hal lainnya bisa dikesampingkan. Jelas, jalan pikiran seperti ini bertentangan dengan naluri manusia.

2. Penilaian dari Sisi Empiris
Bisa jadi sikap gadis-gadis yang biasa memperlihatkan aurat --yang dimaksudkan untuk menawan hati pria-- menjadi bumerang bagi dirinya. Betapa banyak tindakan itu malah membuat para pemuda enggan menikahinya. Sebab bisa saja para pemuda itu beranggapan, jika wanita tersebut berani melanggar salah satu perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena setan memiliki banyak kiat.

Meskipun terkadang kenyataan yang ada tidak selalu sesuai dengan pendapat ini, tetapi memang begitulah keadaan mayoritas pemuda kita di zaman sekarang.Pemuda yang menyunting gadis ber-hijab, namanya akan menjadi harum, meskipun ia sendiri tidak termasuk orang-orang yang dinilai ta'at menjalankan perintah agama.
F. SYUBHAT KEENAM: IA MASIH BELUM DEWASA
Syubhat ini banyak beredar di kalangan orangtua serta sebagian akhawat yang tidak ber-hijab. Sebenamya anak-anak tersebut sudah memiliki niat memakai hijab, tetapi kemudian ditunda karena syubhat ini. Karena itu dalih ini lebih pantas disebut hawa nafsu daripada syubhat.
Kebanyakan mereka berkata: "Jangan sampai melarangnya menikmati kehidupan. Dia toh masih belum dewasa. Dia masih senang dengan pakaian yang indah, bersolek dengan berbagai macam make up serta masih suka menampakkan kecantikannya. Semua ini membuatnya lebih berbahagia dan menikmati hidup".
Kenapa kita melarang dan menghalangi kebahagiaan justru pada saat umur mereka masih relatif sangat muda?
Kalau kita terlanjur ketinggalan kereta, mengapa kita membuatnya pula ketinggalan kereta dengan begitu tergesa-gesa?
Menurut pendapat mereka, masa belum dewasa berlangsung hingga anak berumur dua puluh tahun. Karenanya, meskipun ada gadis yang sudah datang bulan pada umur 13 tahun, dia masih dianggap anak-anak.
1. Nasihat untuk Para Wali
Sesungguhnya para wali, baik bapak atau ibu yang mencegah anak-anak puterinya ber-hijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka memiliki tanggung jawab yang besar di hadapan Allah pada hari Kiamat.
Ketika seorang gadis mendapatkan haidh, seketika itu pula ia wajib ber-hijab, menurut syari'at. Jika wali gadis itu melarangnya ber-hijab, maka dia mendapat dosa besar, dan Allah akan, menanyakan hal itu pada hari Kiamat. Allah berfirman:
Artinya:"Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya ". (Ash-Shaaffaat: 24)
Maksudnya jika ia menyuruh anak puterinya memakai hijab sejak dini.
Nabi ShalIallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan ditanya tentang yang dipimpinnya.... "'"

Seorang ayah adalah pemimpin pertama dalam rumah tangga. Fada hari Kiamat dia akan ditanya tentang masing-masing orang yang ada di bawah kepemimpinannya.
Setiap ayah hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri: "Berapa banyak para pemuda yang tergoda oleh anak puterinya? Seberapa jauh puterinya menyebabkan penyimpangan para pemuda?"

2. Ungkapan Cinta untuk Anak-anak Puteri
Allah sebagai saksi, betapa kami amat mengkhawatirkan dirimu akan mendapat siksa Allah. Kami begitu ingin menyelamatkanmu dari segala bahaya yang akan menimpamu, baik di dunia maupun di akhirat. Ini adalah kewajiban seorang muslim kepada saudaranya muslim yang lain.

Di antara bahaya yang bakal menimpa ukhti yang tidak ber-hijab, baik di dunia maupun di akhirat, adalah seperti disebutkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam sabdanya:
"Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita merekn berpakaian (tetapi) telanjang, di atas kepala mereka (terdapat sesuatu) seperti punuk onta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka!, sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat.

Wahai ukhti yang tak ber-hijab! Tahukah engkau makna laknat? Laknat artinya dijauhkan dari rahmat Allah Ta'ala.
Dalam hadits tadi, Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam memerintahkan setiap muslim, agar melaknat tipe wanita seperti yang telah disebutkan. Yaitu mereka yang mengenakan pakaian di tubuh mereka, tapi tidak sampai menutup auratnya, sehingga seakan-akan mereka telanjang. Dalam hadits lain Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:

"Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia ,~dan para wanita yang berpakaian (tetapi) teIanjang, bergoyang-goyang dan berlenggak-lenggok, kepala mereka (ada sesuatu) seperti punuk unta yang bergoyang-goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapatkan baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian ".(HR.Muslim)
Dalam hadits tersebut terdapat sifat-sifat secara rinci tentang golongan wanita ini, yaitu:
1. Mengenakan sebagian pakaian, tetapi dia menyerupai orang telanjang, karena sebagian besar tubuhnya terbuka dan itu mudah membangkitkan birahi laki- laki, seperti paha, lengan, rambut, dada dan lain-lainnya. Juga pakaian yang tembus pandang atau yang amat ketat, sehingga membentuk lekuk-lekuk tubuhnya, maka ia seperti telanjang, meski berpakaian.

2. Jalannya lenggak-lenggok dan bergoyang, sehingga membangkitkan nafsu birahi.

3. Kepalanya tampak lebih tinggi, sebab ia membuat seni hiasan dari bulu atau rambut sintetis, karena tingginya, ia seperti punuk onta.

Hadits tersebut juga menjelaskan hakikat golongan wanita yang tidak masuk surga, bahkan sekedar mencium bau wanginya pun tidak, padahal rahmat Allah meliputi segenap langit dan bumi. Belum lagi Rasulullah Shallallalhu 'Alaihi Wasallam yang menyuruh kaum muslimin agar melaknat mereka. "Laknatlah mereka, sesungguhnya mereka adalah wanita terlaknat".

Kami tidak menginginkan,selain kebaikan bagi anda Kekhawatiran kami kepada diri anda, mendorong kami berharap dari lubuk hati kami yang terdalam, untuk menjauhkan anda dari segala yang tidak disenangi. Semoga Allah mengisi hati anda dengan cahayaNya yang tidak pernah padam, lalu anda menang dalam pertarungan melawan setan, jin dan manusia. Selanjutnya anda berketetapan melepaskan jeratan dan memerdekakan diri dari tawanan hawa nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan, kehormatan, ketenangan dan alam kesucian.

3. Apakah Engkau Menjamin Umurmu Masih Panjang?
Wahai ukhti yang tidak ber-hijab! Engkau tidak mau berhijab dengan dalih masih belum dewasa, apakah engkau dapat menjamin umurmu panjang beberapa saat lagi? Apakah engkau tahu, atau seseorang mengabarkan padamu tentang kapan engkau bakal mati?
Jika tidak, maka boleh jadi kematian akan menjemputmu setelah setahun, sebulan, seminggu, sehari, sejam atau sedetik kemudian. Semua itu serba mungkin, selama kita tidak tahu kapan ajal kita akan datang.

Wahai ukhti, kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sakit, tidak pula orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang sehat walafiat, orang dewasa, pemuda bahkan sampai bayi yang masih menetek di pangkuan ibunya. Banyak contoh yang bisa dipaparkan.

Selanjutnya Saudariku Apa yang Menghalangimu untuk Berhijab 2
»»  Artikel Selengkapnya...

APA HUKUM PERKATAAN FULAN SYAHID ?

Apa Hukum Perkataan Fulan Syahid ?
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=392

APA HUKUM PERKATAAN FULAN SYAHID ?

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apa hukum perkataan,
'fulan Syahid ?'.


Jawaban.
Jawaban atas hal itu adalah bahwa seseorang dikatakan syahid itu dengan dua sisi yaitu :

Pertama.
Hendaknya terikat dengan suatu sifat, seperti : Dikatakan bahwa setiap orang yang dibunuh fisabillah adalah syahid, orang yang dibunuh karena membela hartanya adalah syahid, orang yang mati karena penyakit thaun adalah syahid dan yang semacamnya. Ini adalah boleh sebagai mana yang terdapat dalam nash, dan karena kamu menyaksikan dengan apa yang dikhabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kami maksud boleh adalah tidak dilarang. Jika menyaksikan hal itu, maka wajiblah membenarkan khabar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kedua.
Menentukan syahid bagi seseorang, seperti kamu mengatakan kepada seseorang, dengan menta'yin bahwa dia syahid. Ini tidak boleh kecuali yang disaksikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau umat sepakat atas kesyahidannya. Al-Bukhari dalam menerangkan hal ini ia berkata : Bab. Tidak Boleh Mengatakan Si Fulan Syahid. Ia berkata dalam Al-Fath Juz 6 halaman. 90, yaitu tidak memvonis syahid kecuali ada wahyu. Seakan dia mengisyaratkan hadits Umar, bahwa beliau berkhutbah. "Dalam peperangan, kalian mengatakan bahwa si fulan syahid, dan si fulan telah mati syahid. Mudah-mudahan perjalanannya tenang. Ketahuilah, janganlah kalian berkata demikian, akan tetapi katakanlah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Barangsiapa mati di jalan Allah atau terbunuh maka ia syahid". Ini adalah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Sa'id bin Manshur dan lainnya dari jalur Muhammad bin Sirrin dan Abi Al-A'jafa' dari Umar.

Karena persaksian terhadap suatu hal yang tidak bisa kecuali dengan ilmu, sedang syarat orang menjadi mati syahid adalah karena ia berperang untuk meninggikan kalimat Allah yang tinggi. Ini adalah niat batin yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagai isyarat akan hal itu.

مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ ...*


"Artinya : Perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah, dan Allah lebih tahu siapa yang berjihad di jalan-Nya...." [Bukhari : 2787]

Dan sabda beliau.

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّوْنُ لَوْنُ الدَّمِ وَالرِّيحُ رِيحُ الْمِسْكِ *


"Artinya : Demi Dzat diriku berada ditangan-Nya tidaklah seseorang terluka di jalan Allah kecuali datang dihari kiamat sedang lukanya mengalir darah, warnanya warna darah dan baunya bau Misk" [Hadits Riwayat Bukhari : 2803]

Akan tetapi orang yang secara dhahirnya baik, maka kami berharap dia syahid. Kami tidak bersaksi atas syahidnya dia dan juga tidak berburuk sangka kepadanya. Raja' (berharap) itu satu posisi di antara dua posisi (bersaksi dan buruk sangka), akan tetapi kita memperlakukannya di dunia dengan hukum-hukum syahid, jika ia terbunuh dalam jihad fi sabilillah. Ia dikubur dengan darah di bajunya tanpa menshalatinya. Dan untuk syuhada' yang lain, dimandikan, dikafani dan dishalati.

Karena, kalau kita bersaksi atas orang tertentu bahwa ia mati syahid
keonsekwensinya adalah kita bersaksi bahwa ia masuk surga. Mereka tidak
bersaksi atas seseorang dengan surga kecuali dengan sifat atau seseorang yang disaksikan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa boleh kita bersaksi atas syahidnya seseorang yang umat sepakat memujinya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah termasuk yang berpendapat seperti ini.

Dengan ini, maka menjadi jelas bahwa kita tidak boleh bersaksi atas orang tertentu bahwa ia mati syahid kecuali dengan nash atau kesepakatan. Akan tetapi bila dhahirnya baik maka kita berharap demikian sebagaimana keterangan diatas, dan cukuplah nasihat tentang ini, sedangkan ilmunya ada di sisi Sang Pencipta.

[Disalin dari buku Majmu' Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Bab Aqidah, hal. 208-210 Pustaka Arafah]

»»  Artikel Selengkapnya...

Larangan Berfikir tentang Dzat Allah

Diambil dari mailing list assunnah@yahogroups.com

Message: 1
Date: Thu, 16 Jun 2005 16:28:12 +0700
From: "Sigit, Iman"
Subject: [ENSIKLOPEDIA LARANGAN] Larangan Berfikir tentang Dzat Allah

Larangan Berfikir tentang Dzat Allah

1. DALIL AL QUR'AN

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka ".(Q.S. Ali Imran : 190-191)

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus : 101)

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk
neraka. (Q.S. Shaad : 27)

2. DALIL AS SUNNAH

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Berfikirlah
tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir
tentang Dzat Allah " (Hadits hasan, Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah)

Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallaahu 'anhu, dari
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : " Tiga
jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; Orang yang
memisahkan diri dari jama'ah, ia mendurhakai imam dan mati dalam keadaan
durhaka. Budak wanita atau pria yang melarikan diri dari tuannya, lalu
mati. Dan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya dengan memberikan
perbekalan yang cukup, lalu sepeninggal suaminya ia bersolek (untuk
lelaki lain) ".
" Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; Orang
yang merampas selendang Allah, sesungguhnya selendang Allah adalah
kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah kemuliaan. Orang yang ragu tentang
Allah. Dan orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah " (Hadits
shahih, diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam al Adabul Mufrad)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: " Sesungguhnya syaitan
mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata: 'Siapakah yang telah
menciptakan ini ? Siapakah yang telah menciptakan itu ? ' Hingga syaitan
berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabbmu ?'. Jika sudah
sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan
mengucapkan isti'adzah dan berhenti " (HR Al Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Allah subhanahu wa
ta'ala berfirman: 'Sesungguhnya umatmu akan terus-menerus bertanya apa
ini, apa itu ? " Hingga mereka bertanya: 'Allah telah menciptakan ini
dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah ? " (HR Muslim)

Dalam riwayat lain ditambahkan: " Jika demikian halnya, mereka akan
tersesat "

3. FAWAID / KANDUNGAN BAB

a. Allah subhanahu wa ta'ala telah menganjurkan dalam Kitab-Nya agar
berfikir dan bertadabbur. Anjuran ini ada dua macam: Pertama, anjuran
mentadabburi ayat-ayat Al Qur'an dan ayat-ayat-Nya yang dapat disimak.
Agar seorang hamba dapat memahami maksud Allah ta'ala dan dapat meyakini
kehebatan Al Qur'an sebagai Kalamullah dan mukjizat yang tidak ada
kebathilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang. Sebagaimana
yang Allah ta'ala firmankan : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya " (Q.S. An Nisaa :
82). Dan firman Allah : " Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur'an ataukah hati mereka terkunci ? " (Q.S. Muhammad : 24) Kedua,
anjuran memikirkan keagungan ciptaan Allah, kerajaan dan kekuasaan-Nya,
serta ayat-ayat yang dapat disaksikan, agar seorang hamba dapat
merasakan keagungan al-Khaliq, dapat mengakui kebenaran Al Qur'an.
Sebagaimana yang Allah ta'ala firmankan : "Katakanlah: 'Perhatikanlah
apa yang ada di langit dan di bumi " (Q.S. Yunus : 101). Dan firman
Allah : "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak
cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu ?"
(Q.S. Fushshilat : 53)

b. Memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala yang dapat
disaksikan dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang dapat disimak tidaklah
dibatasi dengan keadaan atau waktu-waktu tertentu seperti yang
dibuat-buat oleh kaum sufi atau ahli kalam, dengan menggunakan istilah
renungan pemikiran dan lainnya, dalilnya adalah firman Allah subhanahu
wa ta'ala: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka " (Q.S. Ali Imran : 191)

c. Dzat Allah tidak akan bisa terjangkau oleh akal pikiran dan tidak
akan bisa dikira-kirakan. Allah ta'ala berfirman: "Sedangkan ilmu mereka
tidak dapat meliputi ilmu-Nya " (Q.S. Thaaha : 110)
Karena Dzat Allah Mahaagung dan Mahatinggi dari kandungan pemisalan dari
qiyas. " Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala penglihatan itu " (Q.S. Al An'am : 103)
Dan bagi Al-Khaliq, tidak ada penyerupaan, tandingan dan juga pemisalan.
" Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia " (Q.S. Al Ikhlas :
4)
Oleh sebab itulah melalui lisan Rasul-Nya, Allah Yang Mahabijaksana
melarang berfikir tentang Dzat-Nya Yang Mahasuci.

d. Berfikir tentang Dzat Allah akan menggiring pelakunya kepada
keragu-raguan tentang Allah. Dan siapa saja yang ragu tentang Allah,
pasti binasa. Sebab ia akan dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan
membingungkan yang lahir dari pemikiran sesat, " Allah menciptakan ini
dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah ? ". Pertanyaan itu pada
hakikatnya sangat kontradiktif dan kabur maksudnya. Sebab Allah adalah
Pencipta bukan makhluk !
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: " Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan " (Q.S. Al Ikhlas : 3)

e. Pengobatan untuk was-was iblis dan pemikiran-pemikiran syaitan ini,
yaitu mengikuti tata cara Al Qur'an dan As Sunnah yang dijelaskan oleh
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam :
(1) Membaca surat Al Ikhlas
(2) Meludah ke kiri sebanyak tiga kali
(3) Berlindung kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari gangguan syaitan
yang terkutuk dengan membaca isti'adzah
(4) Mengatakan, "Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya "
(5) Memutus was-was dan menghentikan keraguannya.

f. Bimbingan Nabawi tadi merupakan cara yang paling mujarab untuk
mengobati penyakit was-was dan lebih ampuh untuk memutusnya daripada
cara jidal (perdebatan) logika yang sempit yang pada umumnya malah
membuat orang bingung. Hendaklah orang yang waras akalnya memperhatikan
benar sabda Nabi : ' Sesungguhnya hal itu dapat menghilangkannya '.
Jadi, siapa saja yang melakukannya semata-mata ikhlas karena Allah dan
ketaatan kepada Rasul-Nya, maka syaitan pasti lari.


Diringkas dari ENSIKLOPEDIA LARANGAN Jilid 1 - Pustaka Imam Asy Syafi'i
Mausuu'ah al-Manaahiyyiys Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyah
Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali Daar Ibnu 'Affan Th. 1419 H

»»  Artikel Selengkapnya...

Jawaban : “Siapa yang Menciptakan Alloh?”

Jawaban : “Siapa yang Menciptakan Alloh?”
March 24th, 2007 — Abu SHilah


jawaban :“Siapa yang Menciptakan Alloh?“

Oleh : asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani -rohimahulloh-

Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِيهِ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَكَ فَيَقُولُ اللَّهُ فَيَقُولُ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَإِذَا وَجَدَ ذَلِكَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقْرَأْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ يُذْهِبُ عَنْهُ

“Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang diantara kalian, lalu setan berkata : siapa yang menciptakanmu?” maka ia menjawab : “Alloh”, lalu setan bertanya : “siapa yang menciptakan Alloh?”, jika salah seorang dari kalian menjumpai yang demikian, maka ucapkanlah : (آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ) “Aku beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya”, karena yang demikian akan mengusirnya.” [Lihat ash-Shohihah (116)]

Diriwayatkan Ahmad : haddatsana adh-Dhohhak dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari ‘Aisyah rodhiyallohu anha : bahwa Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda : (lalu ia menyebutkan hadits ini).

Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يَأْتِي شَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا ؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا ؟ من خلق كذا ؟ حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ

Datang setan kepada salah seorang diantara kalian, lalu mengatakan : “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu? Siapa yang menciptakan ini?” sampai setan mengatakan : “Siapa yang menciptakan Robb-mu?”, jika terjadi yang demikian padanya maka hendaklah ia berlindung kepada Alloh dan berhenti. [Lihat ash-Shohihah (117)]

Hadits ini memiliki jalan lain dari Abu Huroiroh dengan lafadz :

يوشك الناس يتساءلون بينهم ، حتى يقول قائلهم: هذا الله خلق الخلق ، فمن خلق الله عز وجل ؟ فإذا قالوا ذلك ، فقولوا: [ الله أحد ، الله الصمد ، لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد ] ، ثم ليتفل أحدكم عن يساره ثلاثا ، وليستعذ من الشيطان

“Hampir-hampir manusia saling bertanya-tanya diantara mereka, sampai seorang diantara mereka berkata : “Alloh menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Alloh azza wa jalla?”. Jika mereka mengatakan demikian, maka ucapkanlah : “Allohu Ahad, Allohu Shomad, lam yalid wa lam yulad, wa lam yakun lahu kufuwwan ahad”, kemudian meludahlah ke kirinya 3 kali, dan berlindunglah dari setan.” [Lihat ash-Shohihah (118)]

Hadits-hadits shohih ini telah menunjukkan bahwa wajib bagi orang yang diberi rasa was-was oleh setan dengan perkataannya : “Siapa yang menciptakan Alloh?”, agar berpaling dari perdebatannya kepada penerimaan terhadap apa-apa yang telah datang dalam hadits-hadits yang telah disebutkan, dan ringkasnya adalah agar ia mengucapkan :

آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ , الله أحد ، الله الصمد ، لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد

“Aku beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, Alloh Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”, kemudian meludah ke kirinya 3 kali dan berlindung kepada Alloh dari setan, lalu berhenti dari meneruskan was-wasnya.

Dan aku meyakini bahwa siapa yang melakukannya dalam rangka taat kepada Alloh dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, dengan ikhlas didalam melakukannya, maka pasti was-was tadi akan lenyap darinya dan menjauhkan setannya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

فَإِنَّ ذَلِكَ يُذْهِبُ عَنْهُ

“Karena yang demikian akan mengusirnya”.

Ta’lim (pengajaran) nabawi yang mulia ini lebih bermanfaat dan lebih memutuskan was-was yang disebabkan perdebatan akal dalam kasus ini, karena sedikit sekali manfaat perdebatan dalam kasus yang semisal ini. Dan yang sangat disayangkan, bahwa kebanyakan manusia berada pada kelalaian dari ta’lim nabawi yang mulia ini, maka perhatikanlah wahai kaum muslimin! Kenalilah sunnah Nabi kalian dan beramallah dengannya! Karena sesungguhnya didalamnya ada obat dan kemuliaan kalian.

[Diterjemahkan dari Aunul Wadud li Taysiiri ma fi as-Silsilah ash-Shohihah minal Fawa’id war Rudud. Takhrij hadits ini selengkapnya lihat di silsilah ash-Shohihah no. 116, 117 & 118]

Sumber:THOLIB.WORDPRESS.COM

»»  Artikel Selengkapnya...

Ringkasan Buku : Ruqyah Mengobati Guna Guna dan Sihir

{belajar-islam} ... Ringkasan Buku : Ruqyah Mengobati Guna Guna dan Sihir
Chandraleka
Tue, 23 Jan 2007 01:43:30 -0800

... Ringkasan Buku ...
http://buku-islam.blogspot.com



Judul asli : Ruqyah Mengobati Guna Guna dan Sihir
Penulis : Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Penerbit : Pustaka Imam Asy Syafi'i
Cetakan : II, Maret 2005 M
Halaman : xx + 78


Buku karya Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas ini membahas tentang berbagai
macam pengobatan secara Islami menurut Al Qur'an dan Sunnah yang shahih.
Lebih khusus lagi, di buku ini membahas tentang pengobatan terhadap sihir
dan juga pengobatan karena kesurupan jin.

Pada ringkasan ini saya coba kutipkan sebagiannya saja -dengan meringkas-
yaitu tentang pengobatan terhadap sihir yang ada pada halaman 9 sampai 34 di
buku tersebut. Footnote tidak saya sertakan.

[Hakikat Sihir]
------------------
Sihir menurut bahasa berarti sesuatu yang halus dan tersembunyi.
Abu Muhammad al Maqdisi berkata: "Sihir adalah jimat jimat, jampi jampi,
mantera mantera dan buhul buhul (yang ditiup) yang dapat berpengaruh pada
hati dan badan. Maka sihir dapat menyakiti, membunuh dan memisahkan suami
dengan istrinya."


Sihir adalah tipu daya syaitan melalui walinya (tukang sihir dan dukun,
paranormal, orang pintar dan lain lain).
Orang dapat terkena sihir dengan sebab lemahnya iman, kurangnya dzikrullah,
dan tidak berlindung kepada Allah. Langkah yang ditempuh dukun hanyalah
mengusir syaitan sihir dengan syaitan sihir. Ibarat mengusir maling dengan
minta bantuan perampok atau penjarah.

Sihir, guna guna dan selainnya tidak akan mengenai seseorang kecuali dengan
izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorang pun kecuali dengan izin Allah." (Al Baqarah: 102).

Sebagian ulama Salaf berpendapat bahwa tukang sihir adalah kafir dan hukum
belajar sihir adalah haram. Para shahabat (kawan kawan) Imam Ahmad
menyatakan kafir bagi orang yang belajar dan mengajarkan sihir.
Sihir adalah dosa besar yang membinasakan seseorang, baik di dunia dan
akhirat. Tukang sihir tidak akan bahagia di mana pun berada.

Hukuman bagi tukang sihir ialah dipenggal lehernya / dibunuh.



[Macam Macam Sihir]
---------------------
- Sihir mahabbah (cinta / pelet)
- Sihir perasaan / kejiwaan, takut, berani, merasa dikejar, merasa ditemani
orang dan lain lain
- Sihir kekuatan ghaib: pandangan mata, pukulan jarak jauh, kebal, tidak
mempan dibakar, tahan sengatan, komunikasi jarak jauh (telepati) dan
lain lain
- Sihir pandangan mata: sulap
- Sihir gangguan pada bagian anggota tubuh, misalnya kaki kesemutan terus
menerus, buang air terus menerus, badan lemas, perut kembung tanpa sebab,
keluar darah terus menerus, ada juga yang gila
- Sihir penyakit dengan segala kejanggalan dan keanehan
- Sihir permusuhan dan perceraian (Al Baqarah : 102)
- Sihir ramalan, untuk meramal nasib, mencari barang hilang, dll



[Pengobatan Ilahi Terhadap Sihir]
----------------------------------
Pengobatan Ilahi terhadap sihir ini mempunyai dua bagian, yaitu

*BAGIAN PERTAMA*
Hal hal yang dipergunakan untuk mencegah datangnya sihir, yakni:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengikhlaskan ibadah hanya
kepada Nya saja dan tidak boleh berbuat syirik.
2. Menunaikan seluruh kewajiban, meninggalkan semua larangan, serta
bertaubat dari segala macam perbuatan dosa.
3. Memperbanyak membaca Al Qur'an, yaitu dengan cara menjadikannya sebagai
wirid yang dibaca setiap hari. Diutamakan membaca surat Al Baqarah setiap
hari di rumah.
4. Melindungi dan membentengi dengan banyak memanjatkan berbagai macam do'a,
ta'awudz, serta dzikir dzikir yang disyariatkan yang sesuai dengan Sunnah
Nabi yang shahih.
5. Jika memungkinkan, hendaklah memakan tujuh buah kurma pada pagi hari. Hal
itu didasarkan pada sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam

"Barang siapa di pagi hari makan tujuh buah kurma 'Ajwah (kurma Nabi), maka
dia tidak akan terkena racun atau sihir." (HR. Bukhari no. 5769).


*BAGIAN KEDUA*
Pengobatan sihir yang sudah menimpa pada diri seseorang.

Cara pertama, adalah mengeluarkan sihir tersebut dan menggagalkannya jika
diketahui tempatnya dengan cara cara yang dibolehkan menurut syari'at. Dan
ini merupakan suatu hal yang paling manjur untuk pengobatan orang yang
terkena sihir.

Cara kedua, adalah menggunakan ruqyah yang sesuai dengan syari'at,
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menumbuk tujuh helai daun pohon sidr (daun bidara) hijau di antara dua
batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air
yang cukup untuk mandi dan dibacakan ke dalamnya:

"A'uudzubillahi minasy syaithaanirrajiim".
Al Baqarah: 255
Al A'raaf: 117 - 122
Yunus: 79 - 82
Thaha: 65 - 70
Al Kaafiruun: 1 - 6
Al ikhlas: 1 - 4
Al Falaq: 1 - 5
An Naas: 1 - 6

Setelah membacakan ayat ayat di atas pada air yang sudah disiapkan tersebut,
hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan
menggunakan sisa air tersebut. Dengan demikian, insya Allah penyakit (sihir)
akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau lebih,
sehingga penyakit (sihir) itu benar benar sirna. Hal itu sudah banyak
dipraktekkan, dan dengan izin Nya, Allah memberikan manfaat padanya.
Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang tidak bisa berhubungan
badan karena terkena sihir.

2. Membaca surat Al Fatihah, ayat Kursi, dua ayat terakhir dari surat Al
Baqarah, surat al ikhlas, surat al Falaq dan surat an Naas sebanyak tiga
kali atau lebih, disertai tiupan dan sentuhan pada bagian yang terasa sakit
dengan menggunakan tangan kanan.

3. Membaca beberapa ta'awwudz, ruqyah dan doa yang mencakup:
(Doa doa selengkapnya bisa dibaca di buku tersebut halaman 25 sampai 32).

Cara ketiga, adalah mengeluarkan penyakit dengan melakukan pembekaman pada
bagian yang tampak bekas sihir, hal itu jika dimungkinkan, tetapi jika tidak
mungkin, maka cukup dengan penyembuhan cara sebelumnya. Segala puji bagi
Allah subhanahu wa ta'ala.

Cara keempat, adalah dengan obat obatan alami. Di dunia ini terdapat
beberapa obat alami yang sangat bermanfaat yang ditunjukkan oleh al Qur'an
al Karim dan as Sunnah. Jika seseorang menggunakannya dengan penuh
keyakinan, kejujuran, dan tawajjuh disertai keyakinan bahwa manfaat itu
hanya dari Allah, maka Allah akan memberikan manfaat padanya, jika Dia
menghendaki. Di sana terdapat obat yang dikombinasi dari rerumputan dan
sejenisnya, yang semuanya itu didasarkan pada pengalaman, sehingga tidak ada
larangan untuk memanfaatkannya menurut syari'at selama tidak diharamkan. Di
antara pengobatan dan penyembuhan alami yang sangat bermanfaat dengan izin
Allah adalah menggunakan madu, habbatus sawda (jintan hitam), air zam zam,
dan air hujan. Hal ini didasarkan pada firman Allah:

"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya." (Qaaf: 9).

Juga minyak zaitun. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah:

"Makanlah oleh kalian minyak (zaitun) dan poleskanlah dengannya, karena
sesungguhnya minyak (zaitun) itu dari pohon yang diberkahi." (HR. Ahmad
III/497).

Telah terbukti melalui pengalaman, praktek langsung serta melalui
kepustakaan, bahwa ia merupakan minyak yang paling bagus.

Dan di antara obat alami lainnya adalah; mandi, membersihkan diri, dan
memakai wangi wangian.



[PERSONAL VIEW]
---------------
Di masyarakat kita ini fenomena tentang sihir telah merajalela. Bahkan
dengan menggunakan istilah istilah yang terkesan indah, seperti magic,
tenaga prana, energi aura, dll.

Buku ini perlu dibaca oleh kaum muslimin agar kita mengetahui cara cara
untuk menghindari diri dari sihir. Dan juga agar kita mengetahui bagaimana
cara mengobati sihir yang sudah menimpa seseorang sesuai dengan Al Qur'an
dan Sunnah Nabi shallallahu'alaihi wa sallam.

Salah satu cara yang dapat mencegah terkena sihir sebagaimana dijelaskan
dalam buku ini adalah dengan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan
demikian, agar kita bisa mentauhidkan Allah dengan benar, maka mau tidak mau
kita harus belajar cara mentauhidkan Allah. Inilah pentingnya mempelajari
ilmu agama.




Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 22 Januari 2007
Sumber : http://bestabuabdullah.blogspot.com

»»  Artikel Selengkapnya...